GASH – Suasana kemeriahan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Kota Toboali, Bangka Selatan, berlangsung meriah dengan gelaran pawai baris-berbaris dan karnaval selama tiga hari berturut-turut. Meski sempat diguyur hujan di dua hari pelaksanaan, masyarakat tetap antusias memenuhi lapangan dan jalan protokol untuk menyaksikan deretan peserta karnaval.
Namun, di balik kemeriahan itu, sebagian masyarakat menilai pelaksanaan tahun ini masih perlu evaluasi. Salah satu kritik yang muncul adalah jarak antar peserta yang terlalu jauh, sehingga membuat penonton bosan menunggu. “Alung kami pulang leteh nunggu agik jaoh peserta yang belakang,” ujar seorang ibu dari Kelurahan Teladan yang sejak pagi sudah berangkat untuk melihat pawai di hari terakhir.
Selain itu, warga juga mengungkapkan kerinduan akan tradisi perayaan tempo dulu sebelum Kabupaten Bangka Selatan terbentuk. Saat itu, usai upacara bendera, masyarakat disuguhi berbagai perlombaan khas rakyat di kawasan Laut Ketapang, Nek Aji, hingga Himpang Lima, seperti lomba perahu, tangkap bebek, hingga panjat pinang. Sayangnya, kegiatan-kegiatan tersebut kini jarang, bahkan tidak lagi dilaksanakan.
“Ada kemunduran, bukannya kemajuan. Kami rindu masa lalu, ingin kegiatan dulu dihidupkan kembali,” tutur salah satu warga Toboali. Hal senada juga disampaikan Sopyan, warga Kampung Seberang, yang berharap agar tahun-tahun mendatang pemerintah daerah dapat menghadirkan kembali nuansa perayaan yang benar-benar merakyat.
Masyarakat menegaskan, peringatan HUT RI bukan hanya soal pawai dan karnaval, melainkan juga momentum kebersamaan dengan ragam kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Harapannya, semangat merah putih tetap terjaga, sekaligus menghadirkan hiburan dan nostalgia bagi warga Bangka Selatan.
Editor: Sonic