Gash – Belakangan ini PT Timah sempat dihebohkan hingga mendadak viral lantaran dirundung sejumlah permasalahan terkait perkara komoditas Timah yang berhasil di ungkap kejaksaan agung RI (Kejagung).
Kasus tersebut sempat menyeret sejumlah nama-nama pejabat dan Bos dari Bangka Belitung, katanya mengalami kerugian 271 T akibat dampak kerusakan lingkungan.
Pergantian Direktur Utama PT Timah Tbk kian silih berganti, Tadinya Ahmad Dani Virsal digantikan dengan Restu Widiyantoro. Perusahaan besar yang bergerak dibidang Timah itu adalah salah satu harapan besar bagi masyarakat agar kedepan PT Timah dapat berbenah kearah yang lebih baik lagi hingga dapat menuju puncak kejayaannya.
Semoga pergantian Direktur Utama yang baru ini dapat membantu meningkatkan perekonomian, kemakmuran dan mensejahterakan khusunya masyarakat Bangka Belitung serta menyelamatkan ribuan karyawan nya.
Namun disayangkan, Pasca beredarnya surat pemberhentian sementara Ponton isap produksi (PIP) Legal sejak tanggal 16 mei 2025 di Wilayah Izin Usaha (WIUP) PT Timah Tbk dilaut Sukadamai, kabupaten Bangka Selatan (Basel), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Kegiatan ilegal mining kian marak bahkan secara terang-terangan disiang hari dan juga malam hari selama tiga hari berturut-turut.
Entah ini suatu kelalaian atau pembiaran, terlepas apapun itu kegiatan tersebut sangat menyayat hati dan banyak pihak yang merasa dirugikan.
Jika dikelola dengan benar sudah pasti kompensasi dapat dirasakan oleh masyarakat terutama warga pesisir yang terdampak. Perlu diketahui bahwa kita sebagai warga negara Indonesia telah di atur tentang pertambangan sesuai dengan UUD yang berlaku.
Menurut sumber, Selisih harga jual Timah kepada colector luar lebih menggiurkan ketimbang harga jual di PT Timah Tbk.
“Jauh bang harga jual diluar dengan PT Timah hampir setengah harga selisihnya,” Kata sumber
“Mereka secara terang-terangan kerja siang dan malam mungkin lemahnya pengawasan adalah faktor penyebab keberanian mereka dalam menjalankan kegiatan tambang ilegal,” Lanjut dia
“Disini yang dirugikan ya masyarakat, kenapa demikian karena jika dikelola dengan benar sudah pasti dapat merasakan kompensasi dari kegiatan tambang itu sendiri,” jelasnya
“Cukong – cukong sudah pasti tertawa lebar karena diuntungkan, kami menduga ia telah berhasil merampok sumber daya alam yaitu timah dengan mulus tanpa ada hambatan,” pungkas sumber
Perlu diketahui bahwa, PT Timah Tbk adalah sebuah perusahaan resmi sebagai produsen dan eksportir logam timah Yang merupakan bagian dari MIND ID, BUMN Holding Industri Pertambangan.
Anehnya, pada saat dikonfirmasi mulai dari tanggal 18 mei 2025 kepada Sigit Prabowo selaku Division Head area Bangka Selatan, Namun hal tersebut sia-sia tidak membuahkan hasil.
Kemudian Pada tanggal 19 mei 2025, Disinggung terkait hal tersebut apakah PT Timah Tbk merasa dirugikan ? Sigit Prabowo Division Head Area Bangka Selatan memilih kembali “Bungkam” tanpa jawaban apapun.
Terpisah, Atas saran dari kepala Division Head area Bangka Selatan kepada Redaksi agar melanjutkan konfirmasi kepada Kepala Divisi Pengamanan PT Timah (Kadivpam) Gatot. Menurut Sigit Prabowo, karena prihal tersebut adalah ranah Kadivpam PT Timah.
“Terus menerus dilakukan penertiban sampai benar-benar tertib dan clear, bagi yang mau kerja diarahkan melalui mitra, tidak ada lagi illegal mining di IUP PT. Timah. Bagi yang masih bandel akan dilakukan penegakan hukum,” Kata Gatot
Kemudian, Terkait isu yang sedang berkembang saat ini adalah Pertambangan, Pada saat reses anggota DPRD provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ferry singgung carut marut pertambangan dilaut Sukadamai, Toboali, kabupaten Bangka Selatan.
ia pun tak dapat mengelak bahwa memang benar telah terjadi carut marut di wilayah Sukadamai yang mana kebetulan Sukadamai sendiri merupakan tempat kelahirannya. Ia meminta kepada seluruh stakeholder agar saling bekerjasama membenahi hal tersebut.
Pantauan, Bahwa pihak PT timah juga telah sering melakukan upaya pengamanan, penindakan diwilayah Sukadamai, Namun kegiatan ilegal mining tak membuat efek jerah bagi para penambang hinga sampai saat ini masih terus menurus berlangsung.
Editor: Sony Dawara
