GASH – Angin kencang yang merambat masuk ke dalam tubuh, melumpuhkan saraf-saraf halus, ibarat cerminan ujian hidup yang datang tanpa permisi. Ia tak kasat mata, namun jejaknya mampu menembus hingga ke lapisan jiwa.
Kedatangannya kerap sulit ditebak. Ia bisa berhembus dari berbagai arah, bahkan saling berlawanan. Sama seperti hidup, di mana cobaan, rintangan, maupun godaan sesaat hadir tanpa aba-aba.
Seperti saraf yang terhentak oleh dingin dan tekanan, hati serta pikiran manusia pun kerap lumpuh ketika diguncang ujian. Ada sisi yang kehilangan daya, namun ada pula ruang batin yang justru menemukan kekuatan baru.
Dari kelumpuhan itulah tatkala manusia diajarkan untuk menyadari betapa rapuhnya diri, sekaligus betapa berharganya keseimbangan yang sering diabaikan.
Angin memang membawa dingin. Namun, di balik itu, ia menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati bukan sekadar kemampuan menolak hantaman, melainkan keberanian untuk berdiri kembali setelah badai reda.
Tanpa tiupan angin, hidup mungkin akan terasa sesak kehilangan gerak, kehilangan ruang untuk bertumbuh. Karena itu, perjalanan manusia sejatinya tak pernah lepas dari tiupan ujian, cobaan, bahkan godaan, yang dianalogikan sebagai angin kencang yang masuk hingga melumpuhkan saraf vital.
Pesan akhirnya jelas bahwa penderitaan bukan semata kelemahan yang melumpuhkan, melainkan sarana untuk menumbuhkan kekuatan baru, menyeimbangkan diri, dan menyadarkan kita bahwa hidup tidak dijalani sendirian.














