GASH – Kepemimpinan merupakan salah satu mentor yang patut di contoh namun terkadang jauh dari harapan bagi mereka yang setia pada pengikutnya. Cerita ini bukan sebuah khayalan akan tetapi realitas sering kali terjadi muncul di sekitar kita dalam praktek kehidupan.
“Kepemimpinan Yang menyikapi Persoalan dan Kebatilan Yang Paling Tolol, Persoalan kehidupan tak pernah kesudahan, tugas setiap orang menyadari dan mengingati akan sebuah kebaikan dan kebenaran bagi sesama. Seperti halnya, ” Piring Yang Kotor, Jangan Dibuang, Tapi Dicuci,” Ujar Kris
Hal ini seperti sulit di terima bagi mereka yang diperbudak dunia, Jabatan, Kepentingan, serta jauh dari pengampunan. Kebatilan yang hakiki dalam diri seorang pemimpin, menggiring kesesatan dan mencederai sebuah pergumulan kehidupan seseorang atau komunitas itu sendiri.
Persoalan itu tidak luput bagi mereka yang merasa benar -benar paling sempurna, ataupun juga sebaliknya akan tetapi,
“Memanusiakan Manusia tidak mudah bagi mereka yang berparas malaikat ataupun juga benar-benar berparas Bajingan”.
Kemunafikan, Kecongkakan juga tidak terlepas dari diri siapapun. Gejolak dan perlawanan suara hati selalu ada bahkan bertentangan dengan yang semestinya, ketika kita dalam posisi tertentu, bahkan menutup mata, telinga, rasa dan mempertaruhkan reputasi moral dan martabat diri sendiri dalam berkomunitas apalagi mengambil bagian sebagai Pemimpin, namun tidaklah harus menyampingkan, etika, moral, dalam praktek pergumulan di keseharian kita.
Jumpa kita kali ini, Penyesatan sebuah sistem dan kebajikan menyikapi persoalan bagi setiap Pemimpin, mari kita ulas. Contoh kasus.
“Onta mengatakan rumput Itu berwarna kuning dan Domba mengatakan rumput itu berwarna hijau”
Perdebatan panas dua arah ini sulit diterima dan keributan tak terhindarkan, hingga membawa persoalan ini sampai di depan Gajah, karena Gajah merupakan seekor binatang raksasa yang kuat dan sangat bijaksana diantara mereka.
Pengaduan diantara merekapun terjadi di depan Gajah, Gajah pun dengan sangat bijak mengatakan, “Dua-duanya benar dan tidak ada yang salah diantara kalian” dan pertengkaran itupun usai.
Sikap bijaksana dari Gajah, untuk mengakhiri segala pertengkaran itu. Di suatu hari datanglah seekor Gajah kepada onta dan menasihatinya serta meluruskan segala persoalan itu dan Onta pun mengerti dan mengakuinya. Tidak hanya Onta begitupun juga kepada Domba dan Domba pun mengerti lalu menerimanya.
Kasus diatas menjadi sebuah refleksi diri kita, Apakah Moral, etika, dan tindakan seorang pemimpin jauh lebih beradab dari kehidupan sekelompok Binatang?.
Sering kali terjadi dalam kehidupan kita, Keangkuhan, Ketamakan, Ego, Benci, Dengki, Sombong, Iri hati, Dendam, Gengsi menjadi prioritas dalam pedoman hidup yang sesungguhnya.
Tidak hanya itu, Kepemimpinan yang abstrak, akhir-akhir ini menjadi sangat misterius, Karena penerapan sebuah mekanisme Kepemimpinan yang berorientasi pada perpecahan, konflik internal dan eksternal.
Evaluasi diri yang sangat mendalam, langkah Kepemimpinan bukan saja berpatokan pada benar atau salah, akan tetapi dampak dan manfaat dan fungsi Kepemimpinan itu harus benar benar bisa menjadi instrumen implementasi sebuah penerapan sistem yang mendasar baik dan benar bagi kader penerusnya, bahkan berani mengorbankan dirinya untuk pengikutnya.
Kokohnya sebuah sistem dalam pergumulan apapun, sala satunya adalah mentalitas, etika, moral, tindakan dan perilaku kepada bawahnya dan kepada siapapun juga.
Pada prinsip dasarnya sebagai pemimpi tak pernah rela mengorbankan bawahnya, akan tetapi sekarang sering kali terjadi bawahan yang menjadi korban kepada Pemimpinya. Kesiapan mentalitas yang cenderung buruk justru lebih dominan dalam praktek kehidupan masa kini.
Hal tersebut apa yang menjadi acuan kepatuhan pada sebuah sistem, yang terkadang sistem itu sendiri dikhianati, demi ketamakan dan keangkuhan seorang pemimpin pada kedudukannya.